31 Maret 2010

Hamster Punya Cerita

Buat sebagian laki-laki, mengakui binatang-binatang menggelikan seperti hamster dan kecoa terbang itu lucu adalah hal yang sangat maskulin. Ini dia kawan saya yang baik. Namanya Ronal, badannya tinggi tegap, kulitnya coklat menuju hitam dan punya obsesi yang tidak main-main dengan dunia hewan. Prestasinya antara lain menarik-narik sirip hiu seaworld, menangkap cicak dan reptil-reptil berbahaya, memiliki pengetahuan soal hiu, binatang buas lainnya dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Tapi jangan khawatir, tampangnya lumayan lah.

Nah, memang sudah biasanya tiap malam saya dan si Boimin datang ke rumah Ronal buat diskusi. Biasanya kita membahas soal politik Turki Selatan setelah perang salib atau uji coba rumus logaritma nan efisien untuk pembangunan teknologi nuklir Korea Utara, gitu deh. Namun hari itu di kamar Ronal ada sedikit pemandangan yang baru tapi tidak mengejutkan buat saya. Apakah itu? Betul sekali tebakan anda. Ronal punya peliharaan baru. Namanya si Max dan Lou. Bukan, mereka bukan macan India. Mereka adalah hamster, sepasang hamster. Saat ditemui di kandangnya, Max sedang lari-lari di atas mainan treadmil-nya dan Lou sedang tidur.

"Namanya siapa nih, Nal?" bertanya sok asik.
"Max sama Lou," ( baca : Meks and Luu)
"Ooo.."
"Max and Lou, lucu juga ye namanya."
"Max Lou Max Lou Max Lou, tikus bule ni ya berarti."

28 Maret 2010

Lagak Sok Tahu (analog)

"hei Jon"


"sebiru-biru cahayamu, tak sebiru hatiku" ..hahay



"bukan gang dolly"

27 Maret 2010

Drive-in

Ramai percakapan manusia bagaikan ketel rusak yang kita ketuk tanpa irama mengiringi beruang berdansa.
Sementara kita membuat musik yang bisa melumerkan bintang-bintang di atas sana.

L
uar angkasa yang gelap dan dingin diisi oleh sejuta objek raksasa yang tersusun secara aneh. Abstrak, namun berpola. Seperti kita melihat lukisan ekspresionis Affandi, dari jarak yang sempit akan terlihat seperti goresan tak teratur yang tak bertutur. Tapi akan berbeda apabila kita melihatnya dengan jarak yang luas, goresan tersebut ternyata membentuk wujud sempurna diatas kanvas. Begitulah angkasa, sebuah ekpresionisme agung dari Tuhan. Secara sempit akan terlihat seperti hamparan acak tak berpola. Kita harus melihat nya secara luas, barulah akan mengerti mengapa Tuhan menciptakannya. Tuhan menciptakan Bumi untuk dihuni manusia, dan Tuhan menciptakan langit penuh bintang untuk mengajarkan ilmu dan seni pada mereka. Berbagai macam rasi dan galaksi. Beribu bintang nan terang. Komet yang meluncur lintas planet. Seperti keluarga besar yang tak terjangkau. Bahkan pelukis sekaliber Van Gogh saja berkata kalau bintik-bintik cahaya di langit itu berada di luar jangkauannya. Berbeda dengan bintik cahaya di sudut-sudut kota Paris. Kanvas manusia tidak bisa menampung semua yang anggun. Makhluk bumi hanya bisa tertegun. Tuhan menang banyak kali ini wahai manusia. Tatasurya adalah masterpiece-Nya. Tataplah diam ke atas sana. Tunggu sampai disapa.

.....

Si pria duduk di kursi kemudi. Merebahkan tubuh sambil menatap langit malam dari kaca mobilnya. Ia seperti menyaksikan sandiwara televisi. Matanya melempar tatap kosong, kadang bibir nya ikut tersenyum, kadang sedikit bergetar, dan kadang matanya berbinar. Ia kembali ke masa lalu nya. Dulu ia pernah dijanjikan mendapat uang apabila berhasil menghitung bintang di langit ibu kota. Sebuah tantangan retorika jaman dulu. Tapi sekarang hal itu bukanlah retorika. Mudah sekali menghitung bintang di langit Ibu kota. Paling banyak hanya dua-puluh bintang. Ia bisa menjadi kaya raya apabila ada tantangan sejenis pada masa sekarang ini, begitu pikirnya. Maka dari itu ia senang ke tempat ini. Tempat rahasianya, jauh dari Ibu kota. Tanah lapang di bawah kubah dunia.

25 Maret 2010

Kutukan "Lantai 13"

Beberpa malam yang lalu, secara tidak sengaja, dan benar-benar tidak sengaja, saya menyaksikan sebuah film horror Indonesia yang dimainkan oleh salah satu anggota penyanyi Ab Three. Ketika itu saya sedang pulang dari berkegiatan, lelah sekali rasanya sehingga saya langsung merebahkan tubuh diatas kasur. Tidak lama kemudian muncul seorang sepupu berumur 8 tahun masuk ke kamar saya. Membuka pintu dengan tergesa. Terlihat dari mukanya ia sedang bersemangat sekali. Sudah tau benar, biasanya dengan ekspresi seperti ini ia hendak memamerkan properti terbarunya. Dan benar saja, tepat di samping kepala saya yang sedang terkapar di bantal, ia menunjukan sebuah DVD horror Indonesia dengan gambar Widi Ab Three di cover nya

“Nih mas, dari Bunda, nonton yuk”, ajaknya dengan bersemangat.
“Hmm.. mas cape nih de”
“Ini bagus lho mas kata Bunda”, jawabnya dengan muka gembira.

Bagi saya adalah suatu dosa besar untuk meruntuhkan mimpi anak-anak kecil. Maka dari itu, suatu dosa besar pula melawan orang tua, karena terkadang mereka suka bermimpi layaknya anak kecil. Apalagi di samping saya ini ada sebuah wajah lucu sedang tersenyum dengan sangat gembira. Saya berpikir, itu adalah senyuman penuh kebanggan. Sebuah kebanggan apabila nanti saya ternyata sangat antusias dengan film yang di bawakannya.

Saya mulai menerawang dan berpikir. Apabila saya setuju untuk menonton film ini, berpura-pura menikmatinya, pastilah nanti ia akan bangga, keluar kamar dengan wajah gembira, lalu melihat dunia dengan megahnya, menjadi pribadi yang optimis dan berhasil sukses di masa depannya.

Malaikat Reporter

Tuhan ada dimana manusia ada...

Aku adalah malaikat utusan Tuhan yang berdinas di Bumi, dan bertugas untuk melaporkan apa yang sedang menjadi trend di Bumi
.

Ya, menjadi semacam reporter untuk Tuhan adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan. Terlebih aku di tugaskan di Bumi, tempat manusia berada. Manusia sangat menyenangkan. Bukan untuk di jadikan teman, tetapi menyenangkan untuk diamati. Aku tidak pernah kehabisan tulisan untuk laporan ke Tuhan. Kadang aku berpikir, kasihan sekali malaikat yang di tugaskan di Luar angkasa. Sepi, tak ada berita, pasti ia sering dibentak oleh pim-red karena tidak menghasilkan tulisan apa-apa.

Ah, tetapi itu juga masih tidak terlalu parah. Coba bayangkan nasib malaikat yang di tugaskan meniup trompet ketika kiamat datang. Bah, lama sekali kiamat tidak datang-datang. Tak terbayangkan bagaimana ia jenuh berjuta-juta tahun menununggu keputusan Tuhan tentang kapan berlangsungnya hari kiamat.

Aku pernah mencuri dengar dari malaikat lain kalau ia kadang hanya duduk dengan tatapan kosong di samping trompet nya selama bertahun-tahun. Tetapi ada juga yang pernah melihat ia sedang bermain catur dengan si Isa. Si malaikat menang. Ah, pasti si Isa hanya pura-pura kalah untuk membuat malaikat itu senang. Yah, begitulah, Isa memang baik, dan kabarnya dia itu memang pengalah.

Bagaimanapun aku lah yang paling beruntung. Ditugaskan di Bumi dan membuat laporan. Tetapi sekarang aku mengalami sebuah dilema. Aku membuat laporan tentang perkembangan kepercayaan manusia kepada Tuhan. Hasilnya mengecewakan untuk Tuhan. Sedangkan ini harus aku laporkan kepada-Nya secepat mungkin. Aku takutnya Tuhan marah, dan hendak meng-kiamatkan dunia. Pasti si peniup trompet sangat senang karena pekerjaannya selesai. Tetapi, aku masih sangat menyukai Bumi. Paradox pikiran manusia adalah tontonan yang lebih menarik dari pada hidup didunia baka yang membosankan.