10 September 2010

Senyum Kecut Hari Kemenangan

Berbondong, berarak, gedung pertokoan yang dituju.

Berlomba tak ingin kalah gengsi dengan tetangga di kota dan di desa.

Pada 20 40 50 70 mata tertuju, pasangan pengantin baru tak punya bayi tak peduli, walau hanya popok tetap dibeli. Kaus tak muat senang hati dibawa pulang, sisa ekspor katanya demi bergaya pada tetangga kota dan desa.

Harus pulang dengan kantung plastik bagus dan wangi khas swalayan, belasan jumlahnya sebelum bedug dan takbir bergema.

Kue ditoples hanya berasa sagu laku ratusan ribu, sedikit berrasa mungkin dengan sedikit gula.


Lain tua lain muda.

Urusan dapur urusan tinja berubah jadi gaya, gengsi katanya.

Banyak pergi pagi buta kepusat toko pakaian anak muda, ambil yang merah ambil yang biru tak peduli pada desainnya tertulis “aku anak monyet manja yang menggelendot pada bapakku”.

Semua senang semua riang bawa pakaian sekeranjang.

Ratusan ribu lenyap seketika, dompet bapak meraung tak mau tahu.

Bapak tak masalah lihat anak senang, keluar uang hasil potong kompas biaya perbaikan jalur pantura.

Sang tuan pun tak prenah risau nyonya beli emas sebesar monas!


Sementara sejumlah kecil lainnya sibuk copet sibuk jambret, tak tahan anak minta busana muslim mukena baru untuk shalat ied katanya.

Hanya sedikit pula yang pusing dan bingung dengar anak ingin makan opor ayam seperti teman teman di rumah lain katanya, semangkuk porsi opor tahu pun sulit tersaji, tak buat ketupat makan lontong pun jadi!


Semua rakyat kaya tak ada sengsara.
Selamat hari Lebaran!

.....

Oleh: Tama

2 komentar:

Boim mengatakan...

"aku anak monyet manja yang menggelendot pada Payudara bapakku" Lohh..

Selamat Idul Fitri semuanya. :D

tama mengatakan...

iya mas sama sama ya, selamat Iedul Fitri!

aku menggelendot bapak, bapak menggelendot ibu, apakah ibu juga menggelendot? ;p

Posting Komentar