27 Maret 2010

Drive-in

Ramai percakapan manusia bagaikan ketel rusak yang kita ketuk tanpa irama mengiringi beruang berdansa.
Sementara kita membuat musik yang bisa melumerkan bintang-bintang di atas sana.

L
uar angkasa yang gelap dan dingin diisi oleh sejuta objek raksasa yang tersusun secara aneh. Abstrak, namun berpola. Seperti kita melihat lukisan ekspresionis Affandi, dari jarak yang sempit akan terlihat seperti goresan tak teratur yang tak bertutur. Tapi akan berbeda apabila kita melihatnya dengan jarak yang luas, goresan tersebut ternyata membentuk wujud sempurna diatas kanvas. Begitulah angkasa, sebuah ekpresionisme agung dari Tuhan. Secara sempit akan terlihat seperti hamparan acak tak berpola. Kita harus melihat nya secara luas, barulah akan mengerti mengapa Tuhan menciptakannya. Tuhan menciptakan Bumi untuk dihuni manusia, dan Tuhan menciptakan langit penuh bintang untuk mengajarkan ilmu dan seni pada mereka. Berbagai macam rasi dan galaksi. Beribu bintang nan terang. Komet yang meluncur lintas planet. Seperti keluarga besar yang tak terjangkau. Bahkan pelukis sekaliber Van Gogh saja berkata kalau bintik-bintik cahaya di langit itu berada di luar jangkauannya. Berbeda dengan bintik cahaya di sudut-sudut kota Paris. Kanvas manusia tidak bisa menampung semua yang anggun. Makhluk bumi hanya bisa tertegun. Tuhan menang banyak kali ini wahai manusia. Tatasurya adalah masterpiece-Nya. Tataplah diam ke atas sana. Tunggu sampai disapa.

.....

Si pria duduk di kursi kemudi. Merebahkan tubuh sambil menatap langit malam dari kaca mobilnya. Ia seperti menyaksikan sandiwara televisi. Matanya melempar tatap kosong, kadang bibir nya ikut tersenyum, kadang sedikit bergetar, dan kadang matanya berbinar. Ia kembali ke masa lalu nya. Dulu ia pernah dijanjikan mendapat uang apabila berhasil menghitung bintang di langit ibu kota. Sebuah tantangan retorika jaman dulu. Tapi sekarang hal itu bukanlah retorika. Mudah sekali menghitung bintang di langit Ibu kota. Paling banyak hanya dua-puluh bintang. Ia bisa menjadi kaya raya apabila ada tantangan sejenis pada masa sekarang ini, begitu pikirnya. Maka dari itu ia senang ke tempat ini. Tempat rahasianya, jauh dari Ibu kota. Tanah lapang di bawah kubah dunia.

Di tempat ini ia bisa menyaksikan langit yang sama dengan langit yang ia kenal sewaktu kecil. Orang-orang sibuk mencari Kerajaan Shambala di sela-sela lembah Siberia. Tetapi pria ini menemukan Kerajaan Shambala nya di tempat ini. Ia sudah menemukan kerajaan kedamaiannya. Ia terlalu menyukai tempat yang jauh dari Ibu kota ini. Tempat bintang-bintang yang belum dimakan oleh sang Ibu.

.....

Si wanita duduk di kursi penumpang, sebelah kursi pengemudi. Ia melemparkan pandangan kemana-mana. Baginya ini tempat yang sangat menarik. Hanya tanah kosong yang sangat luas. Mobilnya seperti perahu nelayan yang berada di tengah laut. Begitu sepi, dan tenang. Si Wanita menunjukan tampang bingung tetapi tidak kecewa. Ia sangat senang dengan langit di tempat ini. Seperti anak kecil yang kegirangan ketika dibawa ke taman bermain. Ia sibuk mencercau, bertanya akan darimana asalanya rasi bintang dan bima sakti. Ia tampak antusias ketika di ceritakan tentang permusuhan antara orion dan taurus.

Lalu ia bercerita kalau ia percaya akan kehidupan di luar angkasa. Tetapi bukan sejenis alien atau predator. Ia hanya percaya bahwa bintang-bintang itu sebenarnya hidup. Baginya para bintang itu saling berlomba menunjukan sinarnya untuk menarik perhatian manusia. Sambil memainkan rambut dengan jari-jarinya, ia bilang kepada si pria kalau ternyata bintang-bintang itulah yang memilih mereka berdua untuk menyaksikannya di tempat yang sempurna ini. Si wanita sangat senang, ia merasa seperti bidadari yang sedang bermain-main di bawah serpihan surga. Bintang-bintang itu memilih kita. Melodi itu terdengar sangat indah di telinga si pria. Juga Sangat indah bagi para penghuni tatasurya. Malam ini semua makhluk tunduk oleh kegembiraan si wanita.

.....

"Jadi ini yang kamu maksud dengan drive-in?" tanya si wanita.

Si pria tidak bersuara, hanya mengangguk.

"Aku menyukainya, walau pun berbeda dengan drive-in di film-film barat," Kata si wanita sambil memandangi langit dari kaca mobil.

"Tunggu sayang, sebentar lagi kita akan disapa-nya," jawab si pria.

.....
(Tribute to : Hujan Meteor Leonid, 17-Nov-2009)


Oleh : Boimin

3 komentar:

jani mengatakan...

nice drive in...

Boim mengatakan...

Itu kita lhoo.. hihi

jani mengatakan...

juni lg yaa...

Posting Komentar