11 April 2010

Manusia Kaset

Siang itu di ketinggian lebih dari tiga ratus meter di atas permukaan laut, aku bertanya pada resepsionis dimana letak ruangan pengadaan kaset.

"Naik tangga ini, terus jalan di lorong, lalu belok kiri dipertama, lalu kanan, dan kiri, ikuti saja jalannya, letaknya di paling ujung sendiri."
"terimakasih mbak."

Lelaki paruh baya itu tenggelam diantara tumpukan kaset vdeo yang menggunung, entah sudah berapa lama, hanya saja bagiku terlihat sudah seperti puluhan tahun yang lalu ditakdirkan lahir untuk tenggelam diantara kotak perekam gerak.

Ialah sistem pabrik sebenarnya. Alat dalam sistem kreasi yang rapih terstruktur dalam perusahaan pengobral mimpi manusia.

Untuk bertahan di tengah rimba kehidupan, mungkin hanya mesin daur ulang pita selain istri yang menunggu di rumah yang setia menemaninya. Entah apa yang membuatnya tetap berada disituasi seperti itu.

Ruangan dua kali dua meter yang ramai dengan kaset yang bisu.

"Pak saya mau ambil kaset."
"Oh begitu, kamu dari program apa?"
"Program Selebor pak."
"Lalu jenis kaset apa yang kamu perlukan?"
"Betacam 90 analog dan digital masing-masing 40 buah pak."
"Wah sebanyak itu, dan kamu langsung datang sekarang tanpa pemberitahuan sebelumnya? Kamu tau, untuk kaset sebanyak itu tidak bisa instan."
"Iya, maaf pak."
"Yasudah, tolong tunggu sebentar, saya coba usahakan."

Kaku, adalah kesan pertama yang orang sulit tampik ketika bertemu dengannya. Di dadanya terpampang tanda pengenal. Ridwan, begitu bunyinya. Logatnya terdengar seperti kebanyakan orang asal Sumatera, tetapi terlalu gegabah bagiku untuk cepat menyimpulkan ia berasal dari Sumatra Utara.

Sebentar ia tampak merenung, mengehla nafas, dan tidak jarang seperti mengumpat. Walaupun lebih terlihat sperti berdialog dengan kawan - kawannya para makhluk plastik kembar identik dengan komposisi pita magnetik.

Dan hal itu terus dilakukannya sambil bekerja, sepanjang pengelihatanku.

Wow, untuk-ku ini suatu hal yang baru. Aku baru mengetahui untuk urusan pengadaan kaset materi produksi seperti ini disediakan sendiri departemen yang mengurusnya, atau lebih tepatnya orang ini diberikan beban itu, bahkan ini bukan perpustakaan tempat menyimpan arsip materi tayangan.

Hal yang baru dimana ketika kuliah aku dan teman-teman memerlukan kaset, kami akan dengan mudah mendapatkannya di sebuah toko dengan melemparkan beberapa lembar puluhan ribu. Hal itu tentu tidak akan menyulitkan pemilik toko, apalagi perusahaan produsen kaset multi nasional yang berkantor pusat di salah satu negara Eropa, yang juga kutebak direktur utama-nya hanya satu-dua kali dalam setahun mengunjungi tumpukan kaset yang menggunung. Itupun karena alasan publikasi di media.

Terlihat ia pun menghampiriku dengan dua kotak besar.

"Ini sudah, semuanya ada 80 puluh buah, digital dan analog, masing-masing 40 buah, tolong dihitung," ujarnya.
"Iya pak, sudah saya hitung betul sesuai jumlah. Terima kasih atas bantuannya, kalo ngak ada bapak saya ngak tau gimana karena besok memang ada shooting," ujarku berbasa basi.

Ia pun terlihat sedikit mencair, terlihat sumeringah dan lebih rileks.

"Iya, tidak apa, hanya saja laen kali kalau perlu kaset dengan jumlah besar begitu tolong kabari saya jauh hari, supaya bisa saya siapkan," jawabnya jumawa.
"Siap pak! Sekali lagi terimakasih banyak."
"Iya, sama-sama."

Terlihat dibenakku bahwa orang-orang spertinya memang butuh kata 'terimakasih' atau sekedar basa basi, karena tidak ada achivement untuk pegawai dengan kemampuan mendaur ulang kaset tercepat, pendaur ulang kaset terbanyak, dan setahuku tidak ada General Manager untuk pengadaan kaset di perusahaan televisi manapun.

Aku pun berlalu.

Satu bulan berselang, hal yang sama terus berulang dibeberapa bulan kedepan. Dan ia pun selalu menanyakan nama tiap kali aku datang, selalu berulang.

Aku memang belom melihat semuanya, mataku tertutup kesenangan dan kenyamanan.

.....

Oleh : Tama

4 komentar:

Boim mengatakan...

Ni kisah nyata bro?

ohh.. ni kaset-kaset yang bro jualin di kaskus yak? hahaha.. becanda.

"udah jenjang karir susah, achivement pun tak ada"..

Hm.. mungkin dari pada menulis status FB/Twitter yang isinya tentang Update konser2 yang baru saja kalian tonton. Bolehlah sekali-kali saja kita manulis status berisi personal achivement kepada orang seperti Mr.Ridwan.

Pemuda Plantang Plenteng mengatakan...

betul om ini kisah nyata, deskripsi pekerjaan dan nama orangnya memang benar ada..
tapi emang tujuan awalnya bukan bikin tulisan personal achivement sih om, cuma mau meneruskan aja apa yang saya lihat..heheh

sial, bukan om mana pernah jual kaset di kaskus, ada juga mau jual battery :P

SheeraJ mengatakan...

itu kadang gw pikir alesan orang jadi ga peduli satu sama laen, karna susah saling menghargai, walopun sebates basa basi, minimal itu menunjukkan bahwa dia tidak menyianyiakan idupnya, masih ada orang yang merasa bersyukur ada dia di sisinya. dan sayangnya banyak sekali orang yang masih sangat terpengaruh dengan hal maap terimakasih ini. HAUHAUHAUAHUAHUAH.... ambil contoh, orang bisa ribut gede cuma gara2 hal kecil, merasa tersinggung, padahal baru perasaan doang, blom tentu dia disinggung, kalo disinggung langsung, malah mikir dua kali buat ngelawan. are we human, or are we dancer.,
HAUHAUHAUAHUAHUAHAUHUAHUAH


mimpikan mimpikan mimpi makan ikan
mimpikan mimpikan mimpi tukang ikan
mimpikan mimpikan mimpi makan ikan
mimpikaaaan, mimpi jadi ikan

Pemuda Plantang Plenteng mengatakan...

yoi rat setuju, tapi saya tidak hendak mengarahkan pembaca tulisan ini untuk bagaimananya.
saya hanya menggambarkan sebuah situasi anda yang menentukan sendiri cara bersikap, dan saya punya ideal saya sendiri untuk bersikap pada macam2 situasi :)



ikan mimpi makan tukang ikan! hahah

Posting Komentar