23 Maret 2013

Waktunya Tidur


Tubuhku yang ringkih digenggam Hamlet. Tak bergerak. Dikasur reyot. Aku bukan pelikan penjelajah. Hanya tawanan idealita.

Sepi ini mulai membuat takut. Leher lilin sudah semakin pendek. Apinya hendak padam. Sehingga yang paling terang adalah gelap.

Nadiku menyempit. Darahku terserat. Tanganku mulai bergetar. Terdengar benturan tembaga keras. Seperti rantai yang terlepas.
.....

Ombakku seperti menjadi badai. Anginku seperti menjadi topan. Tapi yang paling ramai disini adalah sepi. Punya harmonika. Tapi tak bisa memainkannya.

Pengembala  itu membisu. Padang rumput tanpa tetes embun. Dingin dihadapan tebing batu bergleiser jiwa. Yang terdengar hanya angin yang menceracau.
Membawa wangi buah apel. Dosa dari surga.

Seorang bajak laut menangis dibawah benderanya. Kehilangan arah. Karena samudra pasifik berdiam. Camar terbang menabrak samudra. Bunuh diri menghibur sepi. Sepi menjadi histeria.   

Coklat panas sudah membeku. Kursi sudah semakin reyot. Selimut itu tergeletak tak terpakai. Aku membeku dalam waktu. Menunggu lama pesan dalam botol yang terdampar ditepian pantai.

Lagi-lagi terdengar Camus.

Tidak ada dualisme
Bukan hanya bebas yang terikat
Gelap yang terang
Tangkap yang melepas
Diam yang teriak
Hening yang ramai
Tangis yang tertawa
Lama atau sebentar

Sama saja.. waktunya tidur

1 komentar:

jelita mengatakan...

wah seih sekali dengernya

Posting Komentar